Pernah mengalami kebangkrutan dalam bisnis? Atau saat ini sedang berjuang agar tidak bangkrut?
Tetap semangat ya, karena saya pernah mengalaminya :). Saya coba sharing ” 3 Hal yang Bisa Menolong Saat Kita Bangkrut”, sedikit ambil studi Kasus dari Bisnis Tas Nama Studio (Saya kagum soalnya sama bisnis ini, tapi bangkrut juga). Yuuks kita mulai.
1. Mindset / Fundamental
Sebelum ke studi kasus dan solusi menghadapi kebangkrutan. Kita harus sepakat dulu beberapa hal tentang “bangkrut”. Pertama definisi dan kedua sudut pandangnya. Bangkrut bahasa KBBI artinya menderita kerugian besar hingga jatuh (tentang perusahaan, toko, dan sebagainya); gulung tikar. Biar gampang bahasa singkatnya versi gw: udah ga ada duit di kas buat muterin operasional bisnisnya.
Jadi beneran ga ada duit cash, beda sama pailit (ga bisa bayar utang) ya atau rugi (perusahaan bisa jadi rugi tapi tetep beroperasi), mungkin tulisan tentang rugi-pailit-bangkrut- qt buat terpisah.
Back to bangkrut, biasanya di kondisi saat ini, semuanya kayak benang kusut, ruwet, pikiran ga jernih jadi kayak suka bener-bener nge-blank ga bisa mikir. Mungkin sama kayak kita udah ga punya duit di tabungan buat anak-istri makan besok, kira2 itu analoginya, ditambah lagi ada hutang dagang yang jatuh tempo, karyawan belum digaji, ga bisa kulakan belanja buat stok dll.
Biasanya solusi terakhir dari bangkrut adalah dengan menutup bisnisnya, setelah mungkin sebelumnya sudah intervensi dengan cost reduction, atau boost sales. Tapi setelah menutup pun, biasanya banyak kewajiban yg masih harus ditunaikan, hutang dagang maupun non dagang, pencairan aset untuk menutup hutang, ataupun sesimpel menjawab pertanyaan kolega kenapa bisnisnya ditutup. Bisa jadi karena bersimpati, berempati untuk bantu, atau hanya sekedar kepo. Kadang justru itu yang bikin cape. #curcol
Tapi tulisan ini ga berfokus pada sebab kebangkrutan, lebih ke hal yang bisa menolong kita saat bangkrut dan sudut pandang tentang bangkrut. Definisi sudah, sekarang sudut pandang. Saya meyakini banyak pengusaha sukses yang juga pasti melewati kebangkrutan di bisnis sebelumnya. Bahkan saya pernah denger, belum jadi pebisnis tulen kalau belum pernah bangkrut di bisnis. Tapi mereka belajar, dan bangkit sehingga bisa sukses.
Jadi, saya coba samakan persepsi. Mari anggap Bangkrut adalah pembelajaran. Bukan kegagalan. Kita bisa belajar dari kesalahan kita yang menyebabkan bangkrut, apakah dari fraud internal, tentang partnership, tentang managemen keuangan, tentang salary structure, atau insight lainnya. Memang jadi mahal harganya, tapi kita jadi belajar untuk lebih berhati-hati, memulai sesuatu dengan riset dan perencanaan yang lebih matang, tidak silau terhadap peluang yang “too good to be true”, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan lain sebagainya.
Yang kedua, kita mendapat untung dalam bisnis, bisnis lancar, maka kita bersyukur. Seharusnya. Jadi mari kita anggap bangkrut adalah bagian dari ujian, untuk kita semakin dekat pada yang Yang Maha Pemberi Rezeki. Bisa jadi kita seringkali lupa. Atau bahkan Allah lagi sayang sama kita, agar kita kembali ke dalam hakikat perniagaan yang tidak akan pernah rugi adalah mencari ridho Allah. So, kalau bangkrut justru jangan jadi datang ke dukun, paranormal, atau nyerah sampai ke level terparah mengakhiri hidup.
2. Studi Kasus Bangkrutnya Nama Studio.
Kenapa gw pilih case Nama Studio? Kalau mau dielaborasi ada 3 hal, tapi kalau dibuat satu kalimat: Ini brand lokal yang punya potensi gede banget karena distrupsi bisnis model tas retail. Kekuatan dia: 1) Produk tasnya berkualitas bagus, 2) Harga relatif murah walaupun jadi PO, yang ke 3) Kuat di digital marketing. Yes, gw udah beli tasnya 2 biji. Dan keren. Biar Afhdol gw coba cerita sedikit.
Nama studio lahir sekitar tahun 2016, dan berdasarkan cerita suksesnya yg gw riset via online, Dito, ownernya mulai dengan 200 ribu dan sambil kuliah mulai dengan satu mesin jahit yang dia operasikan sendiri, jahit sendiri. Dan yang gw rada mindblow adalah bisnis modelnya, bisa jual tas bahan waterproof dengan harga ga nyampe 100 ribu dengan sistem leveling harga by waktu! Sampai akhirnya gw beli dan wow, sangat oke buat harga segitu. Soalnya gw juga main bisnis tas souvenir, jadi kurang lebih tau harga modalnya.
Gw ga tau detail ceritanya gmn, sampai akhirnya gw baca review di google konsumen udah lebih dari 1 tahun ga dikirim barang dan semua sosmed dan digital asetnya lenyap, dikontak ga bales dan didatangi kantornya pun tutup. Sepertinya ownernya sudah menutup bisnisnya alias bangkrut.
Analisa gw terkait alasan kebangkrutan Nama Studio adalah manajemen keuangan dan manajemen kontrol sistem terkait alur barang dan uang sebagai titik lemahnya, sehingga karyawan bisa ambil barang dan itu nominalnya gede banget.. Tapi, bangkrut pun bisa jadi ada faktor yang di luar kontrol kita misal klien gagal bayar, kebakaran tempat usaha, digondol maling, resesi/krisis, bencana alam dll, dan ini saya juga pernah mengalami usaha tutup karena klien gagal bayar 🙂
Terus kalau udah bangkrut entah karena sebab internal atau faktor eksternal yg ga bisa kita kontrol, tetap akan menghadapi fakta yg sama: duit usaha abis,karyawan ga bisa digaji, supplier pada nagih, cicilan jalan terus dan menguras tabungan pribadi sampai ke dana darurat, ga ada uang masuk dimana istri anak butuh makan dll, pasti pikiran kusut, dan banyak kasus kita liat pengusaha yg stress bahkan sampai bunuh diri karena bangkrut dan terlilit utang yang sangat besar.
3. Penolong dari Kebangkrutan
Terus gimana kalau kita ada di situasi ini, Setidaknya ada 3 hal yang bisa nolong kita bangkit dari kebangkrutan. Ini saya dapat dari guru saya mas Jaya Setiabudi lewat Kitab Anti Bangkrut:
1. Skill
Setidaknya kalau kita sudah tidak punya apa2 lagi di tangan/dompet, temen2 bisa manfaatin skill yang kita punya untuk kembali mengumpulkan uang untuk modal dan bayar hutang kalo ada . Misal temen2 jago desain, tawarin ke orang-orang jasa desain dari kalian. Atau skill lain seperti fotografi, manage sosmed, atau jasa digital marketing. Kalaupun ga ngerasa punya hardskill seperti yg tadi, kalau gw yakin sih temen2 yg udah pernah bisnis, minimal punya skill jualan. Bisa kembali mulai dengan jualan produk temen, atau jualan produk yang menawarkan komisi penjualan tanpa harus stok. Misal jadi dropship, reseller, atau agen properti.
Dewa Eka prayoga founder billionaire coach, salah satu rolemodel saya juga, pernah bangkrut 7,7 milyar dan bangkit dengan skill nulis doi. Justru keterpurukan dan kebangkrutan dalam bisnis awal beliau yang menjadi titik balik beliau menemukan DNA bisnisnya dan akhirnya bisa seperti saat ini lewat gurita bisnisnya yang denger2 saat ini udah punya 40 bisnis autopilot!
Faktanya adalah banyak pebisnis yang memulai bisnis dari skill-nya. Kenapa tidak saat bangkrut kembali ke dna core kompetence diri kita:)
2. Kredibilitas
Nah ini tidak bisa dibangun dalam semalam. Perlu membangun track record selama tahunan. Sampai orang mengenal kita bahwa kita punya integritas dan kredibilitas. Nama kita adalah jaminan kita sendiri. Seperti pepatah gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Dan amalan hehe.
Maka dari itu, sedari awal kita bisnis, atau lebih awal lagi ketika sudah baligh, kita harus jaga nama baik kita. Jujur, amanah, bertanggung jawab, dan lain sebagainya. Ketika saya memulai bisnis souvenir, pulpen dll saya banyak ambil ke daerah Asemka, Jakarta Kota. Awalnya saya ambil sedikit, sedikit, sedikit, terus kemudian saya ada project lumayan besar dan konsumen tidak DP, saya coba bilang terus terang dan saya kasih jaminan bpkb mobil. Sampai saat ini hubungan kami masih baik, semenjak itu, Koh Yongsan bahkan tidak pernah mempermasalahkan kalau saya ga ada uang misal harus ambil barang dulu.
Untuk kredibilitas, saya tidak bisa memberi contoh yang lebih baik dari Rasulullah SAW, beliau diberi gelar Al-Amin, itulah kredibilitas yg beliau bangun semenjak kecil, gilanya bahkan yg memusuhi beliau karena dakwah yg beliau emban, tetap mempercayai Rasulullah untuk menitipkan barang berharganya.
Banyak juga kisah para pebisnis tangguh yang kredibilitasnya sudah diakui, ketika bangkrut dengan mudah melakukan restrukturisasi hutang atau bahkan peminjaman modal kerja.
3. Networking
Pepatah mengatakan kita adalah cerminan teman/sahabat kita. Berarti networking kita adalah cerminan dari diri kita.Bisa jadi penyelemat kita di saat kita ada dalam posisi terendah, misal kebangkrutan. Atau sebaliknya, justru menertawakan dan hilang bak ditelan bumi ketika kita butuh pertolongan. Jadi networking adalah bicara tentang kualitas bukan kuantitas. Bukan seberapa banyak teman kita, tapi seberapa berkualitas networking kita.
Dan saya berpikir networking tidak berbanding lurus dengan hubungan kekeluargaan/kekerabatan. Jangan pernah berfikir bahwa ketika ada masalah finansial bisnis, kita bisa datang ke orang tua, mertua, kerabat dll untuk minta uang.
Kalaupun terpaksa, sampaikan lewat aspek yg lebih elegan, misal Pak De, saya boleh bantu jualan usaha soto Pak De? Atau apapun yg konteksnya tetap tidak meminta tapi menawarkan bantuan. Saya malah termasuk aliran yg extreme, sebisa mungkin tidak pernah menawarkan barang jualan ke keluarga. Takut mereka membeli karena ga enak.
Bisa jadi yg membantu kita justru, supplier kita dengan penangguhan pembayaran, atau teman di komunitas bisnis yg memberi modal barangnya untuk kita jualkan, bahkan kompetitor yang ingin menciptakan ekosistem yang berkelanjutan. Sama seperti halnya Bill Gates ketika membantu Steve Jobs saat mau Apple bangkrut di 1997.
Oke jadi itu 3 hal yg bisa menyelamatkan kita di titik kebangkrutan: Skill, Kredibilitas dan Networking. Semoga Nama Studio bisa kembali mengangkat namanya, agar bisa bangkit dari kebangkrutan, menyelesaikan masalah-masalah orderan yang belum selesai dan jadi brand lokal yang membanggakan.
Buat para konsumen yg belum datang ordernya, saya pernah di posisi Anda, bahkan untuk nilai ratusan juta rupiah. Kalau pun Anda ingin somasi dan menempuh jalur hukum, mungkin effort dan biaya yg keluar bisa jadi lebih besar. Langkah awal adalah mengikhlaskan, mungkin berat ya, apalagi jika Anda jadi reseller.
Jika Anda bisa membantu menemukan foundernya, bisa bicara baik-baik dan sampaikan apa yang bisa Anda bantu. Karena kebaikan yg paling diingat oleh penerimanya adalah saat dia ada di titik terendah. Titik terputus asa dalam hidupnya. Bisa jadi Anda menjadi investor di Nama Studio yang bisa berkibar lagi berkat bantuan Anda 🙂
Finally, 3 hal tadi adalah sarana semata, tapi sama ketika bisnis qt sedang berkibar dan Allah yg Maha Memberi Rezeki, maka saat bisnis sedang diuji kita juga punya Allah yang Penuh dengan Kasih Sayang, mungkin selama ini kita lupa bersyukur padaNya.
Segitu dulu baraya, ada yang mau share pengalaman bangkit dari kebangkrutan kah? []